Bicara soal Elon Musk rasanya tak akan pernah habis. Dia bukan hanya dikenal sebagai CEO dari Tesla dan SpaceX, tetapi juga menjadi ikon gaya hidup baru: ambisius, nyentrik, dan tak takut gagal. Di mata saya pribadi, Elon Musk adalah contoh ekstrem dari seseorang yang berani bermimpi besar—terlalu besar bahkan, sampai banyak orang awalnya menertawakannya. Tapi bukankah itu justru yang membuatnya menarik?
Ketika Ambisi Bukan Sekadar Mimpi

Saya masih ingat pertama kali mendengar nama Elon Musk dari berita tentang peluncuran roket SpaceX yang kembali mendarat dengan selamat di Bumi. Saya terperangah. Ini bukan hal biasa. Ini adalah hal yang sebelumnya hanya terjadi di film-film fiksi ilmiah. Di situlah saya sadar, Elon bukan hanya pengusaha biasa, dia adalah seorang pemimpi yang bisa mengubah realita.
Kebanyakan dari kita punya impian, tapi sering kali kita membatasi diri dengan logika dan ketakutan akan kegagalan. Elon berbeda. Ia justru tumbuh dalam lingkungan yang keras di Afrika Selatan, mengalami bullying, tapi tetap teguh mengejar apa yang ia yakini. Dari membangun PayPal, mengubah industri otomotif lewat Tesla, hingga mengejar kolonisasi Mars, Elon menunjukkan bahwa ambisi bukan untuk ditertawakan—ambisi untuk diwujudkan.
Gaya Hidup “Work Hard, Play Weird”
Satu hal yang menarik dari Elon Musk adalah gaya hidupnya yang jauh dari kata normal. Ia sering tidur hanya beberapa jam sehari, bahkan pernah tidur di lantai pabrik Tesla selama masa produksi yang kacau. Bagi sebagian orang, itu terdengar gila. Tapi di sinilah letak pelajarannya: terkadang untuk menciptakan sesuatu yang luar biasa, kita perlu keluar dari zona nyaman.
Saya pribadi tidak menyarankan gaya hidup ekstrem seperti itu untuk semua orang, karena tidak semua tubuh dan pikiran mampu mengikutinya. Tapi semangat kerja keras dan dedikasi penuh terhadap visi—itulah yang patut ditiru. Ia juga tidak malu menunjukkan keanehannya. Dari bercuit soal Dogecoin, sampai tampil di acara komedi Saturday Night Live, Elon menunjukkan sisi manusiawi yang jujur dan tak berpura-pura.
Elon dan Budaya “Fail Fast”
Satu lagi hal yang saya pelajari dari Elon adalah soal kegagalan. Di dunia yang serba kompetitif ini, kita diajarkan untuk selalu sukses, selalu benar, dan selalu terlihat sempurna. Tapi Elon malah sering gagal—dan dia tidak malu mengakuinya. Roket meledak? Tidak apa-apa. Mobil Tesla bermasalah? Diperbaiki. Dikatakan aneh oleh media? Dibiarkan saja.
Ini membawa saya pada konsep “fail fast” yang sangat populer di dunia startup: gagal itu tidak masalah, asalkan cepat dan jadi pelajaran. Elon tidak menunggu segalanya sempurna untuk mulai. Ia mulai dulu, lalu belajar dari kesalahan. Ini sangat kontras dengan budaya kita yang sering kali terlalu takut mencoba karena khawatir gagal.
Saya mulai mencoba menerapkan ini dalam kehidupan pribadi. Takut salah saat mencoba bisnis kecil-kecilan? Coba dulu. Takut ditolak saat melamar kerja? Kirim dulu. Hidup terlalu singkat untuk hanya hidup di dalam ketakutan.
Antara Genius dan Kontroversi
Tentu saja, tidak semua tentang Elon itu indah. Dia adalah pribadi yang kontroversial. Pernah menyebut COVID-19 sebagai “panic over nothing”, terlibat dalam drama media sosial, bahkan dituntut karena cuitan di Twitter yang memengaruhi harga saham. Tapi begitulah figur publik—mereka akan selalu punya dua sisi.
Saya melihat Elon sebagai refleksi dari kehidupan modern yang kompleks. Kita tidak harus setuju dengan semua yang dia katakan atau lakukan. Tapi dari caranya menjalani hidup, kita bisa mengambil inspirasi: berani berpikir besar, tahan banting saat gagal, dan tetap jadi diri sendiri meski dunia menilai sebaliknya.
Inspirasi untuk Generasi Baru
Sebagai bagian dari generasi milenial, saya merasa hidup di masa yang penuh tekanan: harus sukses, harus terlihat bahagia di media sosial, harus punya semua di usia muda. Tapi melihat perjalanan Elon, saya sadar bahwa sukses itu proses, bukan pencitraan.
Kita tak harus membangun roket atau mobil listrik. Tapi kita bisa belajar dari semangatnya. Apapun bidang kita—desain, pendidikan, bisnis, bahkan content creator—kita bisa membawa semangat inovasi, keberanian, dan ketekunan yang sama. Elon mengajarkan saya bahwa batasan itu sering kali hanya ada di kepala.
Penutup
Elon Musk mungkin bukan panutan yang sempurna. Tapi dalam dunia yang makin cepat berubah, ia adalah simbol dari perubahan itu sendiri. Ia menunjukkan bahwa untuk mengubah dunia, kita harus berani dianggap gila terlebih dahulu.
Leave a Reply